PRA SEJARAH GEREJA INDONESIA
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan sejarah singkat Gereja Nestorian di Nusantara dan menilai berbagai pendapat ahli sejarah gereja tentang kehadiran Kristen Nestorian di Barus-Sumatera Utara.
2. Menjelaskan tinjauan tentang bukti-bukti kehadiran gereja Nestorian
3. Menilai kesimpulan atas kehadiran Nestorian di Nusantara
4. Menjelaskan pentingnya fakta kehadiran Nestorian, khususnya makna apologetic dan rohani bagi kita
Materi Pembahasan:
Sejarah Gereja Nestorian di Indonesia
Pertanyaan awal dalam belajar Sejarah Gereja Indonesia, yaitu kapan Gereja pertama kali didirikan di Indonesia? Apakah harus dimulai dengan kekristenan yang dibawa oleh kelompok Kristen Nestorian (Gereja Asia Lama) di Indonesia, yaitu di daerah Barus, Tapanuli Utara atau pada saat datangnya misi Gereja Eropa di Indonesia?
Jawaban terhadap pertanyaan inipun beragam! Bergantung dari bagaimana seorang memberi definisi tentang Sejarah Gereja Indonesia, dan dari sudut mana seseorang melihat dan memberi jawab. Misalnya ada yang melihat dari sudut misionaris dan ada pula yang melihat dari sudut respon orang Indonesia terhadap pemberitaan Injil yang dilakukan para misionaris (Yonas Muanley, 2004:1)
Sekarang kita melihat jawaban dari beberapa ahli, yang pendapat mereka telah dikutip oleh John Culver, sbb:
Dr. Theodore Muller-Kruger, menyatakan, “akan tetapi di Indonesia tidak kita dapati sedikitpun bekas pekabaran Injil, dan tidak ada terdapat seseorang Kristenpun di Indonesia sebelum kedatangan bangsa Portugis pada abad ke-16. Merekalah yang pertama-tama menjadi penyiar-penyiar Agama Kristen di negeri ini (Culver, 1991:6)
Rahmat Subagya (nama samaran untuk Y. Bakker), beliau adalah seorang misionaris dari Ordo Serikat Jesus. Ia menyatakan bahwa ada bukti-bukti tentang meluasnya Kristen Nestorian di tanah air Indonesia pada abad ke-7 dan ke-12 (Culver, 1991:6)
Th. Van den End, dalam bukunya Ragi Carita yang ragu-ragu menerima pendapat dari Rahmat Subagya/Y. Bakker, dan menyatakan: “tentang kedatangan orang-orang Nestorian ke Indonesia tidak ada kepastian, apalagi tentang jemaat-jemaat yang mungkin mereka dirikan. Yang pasti ialah bahwa tidak ada garis terus menerus (kontinuitas) antara mereka dengan keKristenan di Indonesia masa kini” (Culver, 1991:6)
Selanjutnya Th. Van den End menyatakan: pada abad-abad pertama sesudah Masehi, pedagang-pedagang Kristen dari Mesir dan Persia menetap di Arabia Teenggara, di India Barat dan Selatan, dan di Srilangka. Jemaat-jemaat mereka di India Selatan bertahan terus sampai sekarang (Gereja Mar Thoma). Bukan tidak mungkin bahwa dari sana pedagang-pedagang Kristen datang ke Indonesia juga. Dalam suatu buku yang ditulis di Mesir tahun 1050 sesuadah Masehi dan yang mengandung data-data mengenai gereja-gereja serta biara-biara Kristen di Asia pada zaman itu, dikatakan bahwa di Fansur ada beberapa gedung gereja. Mungkin Fansur itu adalah Barus di pantai Barat Sumatera Utara.Mungkin juga ada orang-orang Kristen di Jawa. Kita tahu juga bahwa dalam abad ke -14 dua kali seorang misionaris dari Barat singgah di Sumatera. Tetapi, bagaimanapun juga, kehadiran orang-orang Kristen dari luar itu tidak meninggalkan bekas di Indonesia (Th. van den End. 1999:20).
Zakaria J. Ngelow mengutip pandangan Y Bakker dengan menyatakan: ada dugaan bahwa kekristenan Asia Lama (Kristen Nestorian) telah sampai ke Indonesia pada abad ke-7, tetapi tidak bertahan hidup dalam masa selanjutnya Bandingkan Zakaria J. Ngelow, 1996:12 dan Y.Baker, 1996:19-40)
Dari tiga pendapat diatas, maka bagaimana kita harus mendapat suatu kepastian ditengah silang pendapat antara ahli sejarah gereja diatas, John Culver mengusulkan beberapa tinjauan dan kesimpulan serta pentingnya fakta-fakta tersebut atas perbedaan pendapat tentang hadirnya keKristenan Nestorian di Indonesia. Tinjauan, kesimpulan serta pentingnya fakta-fakta tentang Kristen Nestorian di Indonesia menurut Culver, dapat dipaparkan sbb:
3.2. Tinjauan atas bukti-bukti kedatang Nestorian di Indonesia abad ke-7 dan abad ke-12.
Pertama –tama tidak diragukan bahwa Gereja Nestorian telah meluas ke India pada abad ke-6, ke Sri Langka pada abad ke-6,ke Asia Tengah pada abad ke-5 dan ketiongkok pada tahun 635. Ada juga bukti yang menyatakan bahwa Gereja Nestorian meluas ke Korea, Jepang, Thailan, dan semenanjung Melayu pada waktu yang sama. Salah satu bukti itu adalah peninggalan purbakala, penulisan Sejarah dan surat dari arsip Gereja Nestorian ( (Culver, 1991:7)
Gereja Nestorian adalah Gereja yang berpisah dari Gereja Katolik di Kekaisar Romawi pada abad ke-5. Selanjutnya Gereja Nestorian berpusat di Mesopotamia Hilir. Dan satu ciri khas Gereja Nestorian adalah mereka giat memberitakan Injil ketempat yang jauh. Pada abad ke-8 seorang pemimpin Gereja Nestorian Yaitu Timotius I, dalam tulisannya menyebutkan salah satu Rahib Nestorian “ Menyebrang semudera laut dan pergi ke orang-orang India dan orang-orang Tionghoa dengan hanya membawa suatu tongkat dan nakskah kitab suci” (Culver,1991:7)
Antara tahun 1150 dan 1170 ada seorang sejarawan dari Mesir yang bernama Shaykh Abu Salih al Armini, dalam karangannya yang berbahasa Arab dengan judul “ Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan dari propinsi-propinsi Mesir dan tanah-tanah diluarnya”, menyebutkan: adanya Gereja-gereja Nestorian di kota Fansur, yaitu nama kuno untuk daerah Barus di Sumatera Utara”, Fansur: disana terdapat banyak Gereja dan semuanya adalah dari Nasara (Kristen) Nasathiriah ( istilah bh. Arab untuk Nestorian), dan demikianlah keadaan di situ ….. dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama: Bunda Perawan Murni Maria” ( Culver,1991:7)
Pada tahun 1348-1349, Giovani Marignolli (seorang misionaris dari Ordo Franciscan) mengunjungi “ Istana Ratu Syeba (kemungkinan istana itu adalah Bubat, pusat Keraajan Mojopahit yang terletak pada sungai Berantas, Jawa Timur. Dia menulis tentang pengalamannya (Giovani Marignolli) disitu antara lain: “…. Dan setelah kami menemui sejumlah jiwa, karena terdapat beberapa orang Kristen disana, saya meneruskan perjalanan saya melalui samudera laut ke Seyllan (Sri Langka) (Culver, 1991:7).
Abd-Ishu, seorang tokoh Nestorian yang meningggal pada tahun 1318, telah menyusun satu daftar keuskupan Nestorian dimana ia menyatakan bahwa ada keuskupan di “kepulauan samudera, yaitu Debbag (Jawa)” yang adalah besarnya nomor liambelas dan daftar keuskupannya ( Culver, 1991:8). Walaupun belum dapat dipastikan secara mutlak bahwa Dabbag atau dengan sebutan lain, Zabaj ( dua-duanya bh. Arab) adalah Jawa, namun kebanyakan ahli berpendapat bahwa Dabbag itu tidak lain dari pulau Jawa (Culver, 1991:8)
Menurut suatu naskah Gereja Nestorian, dinyatakan bahwa pada tahun 1503, seorang patriak Nestorian mengutus tiga uskup ke Jawa (Culver,1991:8).
3.3. Kesimpulan atas bukti-bukti tentang Nestorian di Indonesia abad ke-7 dan abad ke-12 dan sbb:
Walaupun terdapat suatu peninggalan purbakala yang “mutlak” membuktikan adanya Gereja Nestorian di Indonesia, namun dilihat dari berbagai sumber bukti dan fakta sedemikian banyak sehingga kita dapat simpulkan bahwa: Gereja Nestorian sudah ada di Indonesia, paling lambat pada abad ke-12,sangat mungkin sebelum abad itu ( Culver,1991:8).
Adanya kegiatan-kegiatan berdagang dan pekabaran Injil, dalam sumber Th. Van den End disebutkan bahwa ciri kelompok Kristen Nestorian adalah selain mempunyai semangat berdagang meka juga memiliki semangat pekabaran Injil kaum Nestorian di negeri-negeri tetangga Indonesia menunjang pendapat diatas itu atau kemungkinan oleh semangat itu maka mereka dapat hadir di Indonesia pada kurun waktu yang disebutkan diatas.
3.4. Pentingnya Fakta-fakta tentang Nestorian di Indonesia Pada Masa Lampau.
Jika hal-hal diatas itu benar, maka mengapa dan bagaimana Gereja Nestorian hilang tak berbekas masa kini ? sebagai jawaban perlu diingat bahwa hal yang sama terjadi di Tiongkok, yaitu ketika misi Nestorian datang ke Tiongkok tahun 635 dan mendirikan banyak Gereja berbagai tempat di Tiongkok, namun kemudian hari Gereja Nestorian menjadi hilang di Tiongkok. Hal ini disebabkan karena korban dari politik, penganiayaan atau banyak factor menyebabkan Kristen Nestorian Menjadi hilang dibeberapa tempat di Asia, termasuk di Indonesia.
Sampai abad ke-17, tidak ada bukti mutlak sama sekali bahwa kaum Nestorian pernah menginjakkan kakinya di Tiongkok. Akan tetapi pada tahun 1625 ditemukan di kota Sian-Fu peninggalan Purbakala, yakni monument Nestorian (Monument Chang’an). Pada monument ini terukir dalam tulisan Tionghoa, gaya yang klasik abad ke-8, bahwa seorang rohaniwan Kristen Nestorian bernama Alo-pen dari Siria telah datang menghadap sang kaisar Tiongkok yaitu Dinasti Sung untuk meminta izin menyebarluaskan ajaran Kristen Nestorian di Tiongkok (Culver,1991:9).
Sementara kita menantikan bukti “mutlak” atas adanya Gereja Nestorian di di Indonesia, perlu kita mempertimbangkan makna (kegunaan) dari fakta-fakta dari kehadiran Kristen Nestorian di Indonesia ( Barus, dan Jawa), yaitu:
Makna Apologetika : adanya Gereja Nestorian Merongrong pendapat pihak yang mengatakan Gereja Kristen di Indonesia adalah “ impor” (Culver,1991:9).
Makna Rohani : adanya Gereja Nestorian di Indonesia pada tahap awal (antara th. 650-1500) memperlihatkan kepada kita bahwa Allah tidak mengesampingkan bangsa Indonesia dari jangkauan anugerah-Nya. Hal itu juga menyisaratkan bahwa Tuhan memiliki rencana yang agung buat Indonesia di masa depan (Culver, 1991:9).
Reffleksi histories ( Pelajaran Sejarah)
Kesulitan mendapat data-data tentang Gereja Nestorian di Indonesia pada masa lampau disebabkan karena tidak ada orang Indonesia yang mendengar, dan mungkin bertobat dan menjadi Kristen pada waktu itu, namun tidak menulis tentang kegiatan mereka yang berhubungan dengan penginjilan, maka kita dalam pelayanan Gereja/ PI/pendidikan Alkitab, yang berhubungan dengan Tuhan, seperti pengangkatan majelis atau kegiatan-kegiatan gereja, hendaknya ditulis, dan diarsipkan sehingga suatu saat menjadi sumber-sumber bagi pembahasan Sejarah Gereja di daerah-daerah tertentu di Indonesia.
Kegiatan PI Nestorian di Barus Sumatera Utara, menolong kita untuk memahami pesan teks kitab suci Kristen: alangkah indahnya telapak kaki orang percaya yang membawa berita sukacita, dikemudian hari Nomensen dengan pelayanannya menghasilkan Gereja di Sumatera dan Gereja tersebut menjadi salah satu Gereja terbesar (jumlah anggota jemaat) di Indonesia,yaitu Gereja HKBP.
PI yang kita lakukan di suatu tempat, mungkin suatu saat hilang, tetapi bisa saja saat-saat yang akan dating, ada orang-orang Kristen yang berPI di daerah yang pernah kita layani dan melalui pelayanan mereka, gereja menjadi berkembang pesat seperti yang di alami Nomensen (tapi tidak harus sama dengan Nomensen).
Jika kelompok Nestorian mempunyai semangat berdagang dan juga semangat dalam melakasanakan PI, maka kita pun harus demikian. Sesibuk apapun dalam pekerjaan kita, kita tidak boleh mengabaikan PI melalui profesi kita.
Tugas:
Diskusikan: apakah benar kita mengkorelasikan kehadiran Nommensen di Batak dan perkembangan HKBP dengan Nestorian di Barus. Ada ayat dalam PL menyatakan: Alangkah indahnya telapak kaki orang yang membawa berita selamat.
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan sejarah singkat Gereja Nestorian di Nusantara dan menilai berbagai pendapat ahli sejarah gereja tentang kehadiran Kristen Nestorian di Barus-Sumatera Utara.
2. Menjelaskan tinjauan tentang bukti-bukti kehadiran gereja Nestorian
3. Menilai kesimpulan atas kehadiran Nestorian di Nusantara
4. Menjelaskan pentingnya fakta kehadiran Nestorian, khususnya makna apologetic dan rohani bagi kita
Materi Pembahasan:
Sejarah Gereja Nestorian di Indonesia
Pertanyaan awal dalam belajar Sejarah Gereja Indonesia, yaitu kapan Gereja pertama kali didirikan di Indonesia? Apakah harus dimulai dengan kekristenan yang dibawa oleh kelompok Kristen Nestorian (Gereja Asia Lama) di Indonesia, yaitu di daerah Barus, Tapanuli Utara atau pada saat datangnya misi Gereja Eropa di Indonesia?
Jawaban terhadap pertanyaan inipun beragam! Bergantung dari bagaimana seorang memberi definisi tentang Sejarah Gereja Indonesia, dan dari sudut mana seseorang melihat dan memberi jawab. Misalnya ada yang melihat dari sudut misionaris dan ada pula yang melihat dari sudut respon orang Indonesia terhadap pemberitaan Injil yang dilakukan para misionaris (Yonas Muanley, 2004:1)
Sekarang kita melihat jawaban dari beberapa ahli, yang pendapat mereka telah dikutip oleh John Culver, sbb:
Dr. Theodore Muller-Kruger, menyatakan, “akan tetapi di Indonesia tidak kita dapati sedikitpun bekas pekabaran Injil, dan tidak ada terdapat seseorang Kristenpun di Indonesia sebelum kedatangan bangsa Portugis pada abad ke-16. Merekalah yang pertama-tama menjadi penyiar-penyiar Agama Kristen di negeri ini (Culver, 1991:6)
Rahmat Subagya (nama samaran untuk Y. Bakker), beliau adalah seorang misionaris dari Ordo Serikat Jesus. Ia menyatakan bahwa ada bukti-bukti tentang meluasnya Kristen Nestorian di tanah air Indonesia pada abad ke-7 dan ke-12 (Culver, 1991:6)
Th. Van den End, dalam bukunya Ragi Carita yang ragu-ragu menerima pendapat dari Rahmat Subagya/Y. Bakker, dan menyatakan: “tentang kedatangan orang-orang Nestorian ke Indonesia tidak ada kepastian, apalagi tentang jemaat-jemaat yang mungkin mereka dirikan. Yang pasti ialah bahwa tidak ada garis terus menerus (kontinuitas) antara mereka dengan keKristenan di Indonesia masa kini” (Culver, 1991:6)
Selanjutnya Th. Van den End menyatakan: pada abad-abad pertama sesudah Masehi, pedagang-pedagang Kristen dari Mesir dan Persia menetap di Arabia Teenggara, di India Barat dan Selatan, dan di Srilangka. Jemaat-jemaat mereka di India Selatan bertahan terus sampai sekarang (Gereja Mar Thoma). Bukan tidak mungkin bahwa dari sana pedagang-pedagang Kristen datang ke Indonesia juga. Dalam suatu buku yang ditulis di Mesir tahun 1050 sesuadah Masehi dan yang mengandung data-data mengenai gereja-gereja serta biara-biara Kristen di Asia pada zaman itu, dikatakan bahwa di Fansur ada beberapa gedung gereja. Mungkin Fansur itu adalah Barus di pantai Barat Sumatera Utara.Mungkin juga ada orang-orang Kristen di Jawa. Kita tahu juga bahwa dalam abad ke -14 dua kali seorang misionaris dari Barat singgah di Sumatera. Tetapi, bagaimanapun juga, kehadiran orang-orang Kristen dari luar itu tidak meninggalkan bekas di Indonesia (Th. van den End. 1999:20).
Zakaria J. Ngelow mengutip pandangan Y Bakker dengan menyatakan: ada dugaan bahwa kekristenan Asia Lama (Kristen Nestorian) telah sampai ke Indonesia pada abad ke-7, tetapi tidak bertahan hidup dalam masa selanjutnya Bandingkan Zakaria J. Ngelow, 1996:12 dan Y.Baker, 1996:19-40)
Dari tiga pendapat diatas, maka bagaimana kita harus mendapat suatu kepastian ditengah silang pendapat antara ahli sejarah gereja diatas, John Culver mengusulkan beberapa tinjauan dan kesimpulan serta pentingnya fakta-fakta tersebut atas perbedaan pendapat tentang hadirnya keKristenan Nestorian di Indonesia. Tinjauan, kesimpulan serta pentingnya fakta-fakta tentang Kristen Nestorian di Indonesia menurut Culver, dapat dipaparkan sbb:
3.2. Tinjauan atas bukti-bukti kedatang Nestorian di Indonesia abad ke-7 dan abad ke-12.
Pertama –tama tidak diragukan bahwa Gereja Nestorian telah meluas ke India pada abad ke-6, ke Sri Langka pada abad ke-6,ke Asia Tengah pada abad ke-5 dan ketiongkok pada tahun 635. Ada juga bukti yang menyatakan bahwa Gereja Nestorian meluas ke Korea, Jepang, Thailan, dan semenanjung Melayu pada waktu yang sama. Salah satu bukti itu adalah peninggalan purbakala, penulisan Sejarah dan surat dari arsip Gereja Nestorian ( (Culver, 1991:7)
Gereja Nestorian adalah Gereja yang berpisah dari Gereja Katolik di Kekaisar Romawi pada abad ke-5. Selanjutnya Gereja Nestorian berpusat di Mesopotamia Hilir. Dan satu ciri khas Gereja Nestorian adalah mereka giat memberitakan Injil ketempat yang jauh. Pada abad ke-8 seorang pemimpin Gereja Nestorian Yaitu Timotius I, dalam tulisannya menyebutkan salah satu Rahib Nestorian “ Menyebrang semudera laut dan pergi ke orang-orang India dan orang-orang Tionghoa dengan hanya membawa suatu tongkat dan nakskah kitab suci” (Culver,1991:7)
Antara tahun 1150 dan 1170 ada seorang sejarawan dari Mesir yang bernama Shaykh Abu Salih al Armini, dalam karangannya yang berbahasa Arab dengan judul “ Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan dari propinsi-propinsi Mesir dan tanah-tanah diluarnya”, menyebutkan: adanya Gereja-gereja Nestorian di kota Fansur, yaitu nama kuno untuk daerah Barus di Sumatera Utara”, Fansur: disana terdapat banyak Gereja dan semuanya adalah dari Nasara (Kristen) Nasathiriah ( istilah bh. Arab untuk Nestorian), dan demikianlah keadaan di situ ….. dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama: Bunda Perawan Murni Maria” ( Culver,1991:7)
Pada tahun 1348-1349, Giovani Marignolli (seorang misionaris dari Ordo Franciscan) mengunjungi “ Istana Ratu Syeba (kemungkinan istana itu adalah Bubat, pusat Keraajan Mojopahit yang terletak pada sungai Berantas, Jawa Timur. Dia menulis tentang pengalamannya (Giovani Marignolli) disitu antara lain: “…. Dan setelah kami menemui sejumlah jiwa, karena terdapat beberapa orang Kristen disana, saya meneruskan perjalanan saya melalui samudera laut ke Seyllan (Sri Langka) (Culver, 1991:7).
Abd-Ishu, seorang tokoh Nestorian yang meningggal pada tahun 1318, telah menyusun satu daftar keuskupan Nestorian dimana ia menyatakan bahwa ada keuskupan di “kepulauan samudera, yaitu Debbag (Jawa)” yang adalah besarnya nomor liambelas dan daftar keuskupannya ( Culver, 1991:8). Walaupun belum dapat dipastikan secara mutlak bahwa Dabbag atau dengan sebutan lain, Zabaj ( dua-duanya bh. Arab) adalah Jawa, namun kebanyakan ahli berpendapat bahwa Dabbag itu tidak lain dari pulau Jawa (Culver, 1991:8)
Menurut suatu naskah Gereja Nestorian, dinyatakan bahwa pada tahun 1503, seorang patriak Nestorian mengutus tiga uskup ke Jawa (Culver,1991:8).
3.3. Kesimpulan atas bukti-bukti tentang Nestorian di Indonesia abad ke-7 dan abad ke-12 dan sbb:
Walaupun terdapat suatu peninggalan purbakala yang “mutlak” membuktikan adanya Gereja Nestorian di Indonesia, namun dilihat dari berbagai sumber bukti dan fakta sedemikian banyak sehingga kita dapat simpulkan bahwa: Gereja Nestorian sudah ada di Indonesia, paling lambat pada abad ke-12,sangat mungkin sebelum abad itu ( Culver,1991:8).
Adanya kegiatan-kegiatan berdagang dan pekabaran Injil, dalam sumber Th. Van den End disebutkan bahwa ciri kelompok Kristen Nestorian adalah selain mempunyai semangat berdagang meka juga memiliki semangat pekabaran Injil kaum Nestorian di negeri-negeri tetangga Indonesia menunjang pendapat diatas itu atau kemungkinan oleh semangat itu maka mereka dapat hadir di Indonesia pada kurun waktu yang disebutkan diatas.
3.4. Pentingnya Fakta-fakta tentang Nestorian di Indonesia Pada Masa Lampau.
Jika hal-hal diatas itu benar, maka mengapa dan bagaimana Gereja Nestorian hilang tak berbekas masa kini ? sebagai jawaban perlu diingat bahwa hal yang sama terjadi di Tiongkok, yaitu ketika misi Nestorian datang ke Tiongkok tahun 635 dan mendirikan banyak Gereja berbagai tempat di Tiongkok, namun kemudian hari Gereja Nestorian menjadi hilang di Tiongkok. Hal ini disebabkan karena korban dari politik, penganiayaan atau banyak factor menyebabkan Kristen Nestorian Menjadi hilang dibeberapa tempat di Asia, termasuk di Indonesia.
Sampai abad ke-17, tidak ada bukti mutlak sama sekali bahwa kaum Nestorian pernah menginjakkan kakinya di Tiongkok. Akan tetapi pada tahun 1625 ditemukan di kota Sian-Fu peninggalan Purbakala, yakni monument Nestorian (Monument Chang’an). Pada monument ini terukir dalam tulisan Tionghoa, gaya yang klasik abad ke-8, bahwa seorang rohaniwan Kristen Nestorian bernama Alo-pen dari Siria telah datang menghadap sang kaisar Tiongkok yaitu Dinasti Sung untuk meminta izin menyebarluaskan ajaran Kristen Nestorian di Tiongkok (Culver,1991:9).
Sementara kita menantikan bukti “mutlak” atas adanya Gereja Nestorian di di Indonesia, perlu kita mempertimbangkan makna (kegunaan) dari fakta-fakta dari kehadiran Kristen Nestorian di Indonesia ( Barus, dan Jawa), yaitu:
Makna Apologetika : adanya Gereja Nestorian Merongrong pendapat pihak yang mengatakan Gereja Kristen di Indonesia adalah “ impor” (Culver,1991:9).
Makna Rohani : adanya Gereja Nestorian di Indonesia pada tahap awal (antara th. 650-1500) memperlihatkan kepada kita bahwa Allah tidak mengesampingkan bangsa Indonesia dari jangkauan anugerah-Nya. Hal itu juga menyisaratkan bahwa Tuhan memiliki rencana yang agung buat Indonesia di masa depan (Culver, 1991:9).
Reffleksi histories ( Pelajaran Sejarah)
Kesulitan mendapat data-data tentang Gereja Nestorian di Indonesia pada masa lampau disebabkan karena tidak ada orang Indonesia yang mendengar, dan mungkin bertobat dan menjadi Kristen pada waktu itu, namun tidak menulis tentang kegiatan mereka yang berhubungan dengan penginjilan, maka kita dalam pelayanan Gereja/ PI/pendidikan Alkitab, yang berhubungan dengan Tuhan, seperti pengangkatan majelis atau kegiatan-kegiatan gereja, hendaknya ditulis, dan diarsipkan sehingga suatu saat menjadi sumber-sumber bagi pembahasan Sejarah Gereja di daerah-daerah tertentu di Indonesia.
Kegiatan PI Nestorian di Barus Sumatera Utara, menolong kita untuk memahami pesan teks kitab suci Kristen: alangkah indahnya telapak kaki orang percaya yang membawa berita sukacita, dikemudian hari Nomensen dengan pelayanannya menghasilkan Gereja di Sumatera dan Gereja tersebut menjadi salah satu Gereja terbesar (jumlah anggota jemaat) di Indonesia,yaitu Gereja HKBP.
PI yang kita lakukan di suatu tempat, mungkin suatu saat hilang, tetapi bisa saja saat-saat yang akan dating, ada orang-orang Kristen yang berPI di daerah yang pernah kita layani dan melalui pelayanan mereka, gereja menjadi berkembang pesat seperti yang di alami Nomensen (tapi tidak harus sama dengan Nomensen).
Jika kelompok Nestorian mempunyai semangat berdagang dan juga semangat dalam melakasanakan PI, maka kita pun harus demikian. Sesibuk apapun dalam pekerjaan kita, kita tidak boleh mengabaikan PI melalui profesi kita.
Tugas:
Diskusikan: apakah benar kita mengkorelasikan kehadiran Nommensen di Batak dan perkembangan HKBP dengan Nestorian di Barus. Ada ayat dalam PL menyatakan: Alangkah indahnya telapak kaki orang yang membawa berita selamat.
Pra Sejarah Gereja Indonesia
Reviewed by Yonas Muanley
on
8:47 PM
Rating:
No comments: